
Saat ini pasar properti Indonesia cenderung melambat. Hal ini berpengaruh kepada performa perusahaan properti yang terdaftar di bursa saham.
Berinvestasi saham properti, beberapa hal perlu dicermati dalam situasi perlambatan pasar. Antara lain: perhatikan tingkat recurring income (pendapatan berulang) yang dimiliki perusahaan itu. Dalam situasi penjualan properti melambat, perusahaan properti yang punya porsi recurring income signifikan, lebih terbantu.
Kemudian, perhatikan: perusahaan properti mana yang cenderung lebih banyak membidik konsumen kelas menengah dan ke bawah itu? Pasar properti yang tumbuh lebih bagus untuk saat ini, adalah properti hunian kelas menengah dan ke bawahnya. Maka, ada kemungkinan bahwa perusahaan properti yang lebih membidik segmen itu, yang lebih terbantu dalam tingkat penjualan.
Adapun cadangan land bank yang luas, tidak selalu menguntungkan dalam jangka pendek. Oleh sebab, belum terlihat bahwa perusahaan properti yang punya banyak persediaan lahan dan dibeli murah sekaligus, bisa menjual hunian dengan harga lebih murah sehingga penjualan bisa lebih terbantu.
Sekadar tambahan, “rumus” itu tentu tidak berlaku mutlak. Perhatikan dengan sungguh-sungguh berbagai indikator fundamen perusahaan properti seperti terlihat dalam laporan keuangan yang dipublikasikan terbuka. Itu seperti NPM (margin keuntungan bersih); nilai laba usaha; dan lain-lain. (Dhi)