KILAS ANALISIS: PDB dan Properti 2021

Foto: ChandlerWoods

PDB dan Properti 2021

Minggu, 6 Desember 2020

Perekonomian RI dan termasuk sektor properti memang terkontraksi pada tahun 2020, gara-gara dampak Covid-19. Untungnya, koreksi tersebut berkecenderungan menurun menjelang berakhirnya tahun 2020.

Sejumlah prediksi tentang perekonomian RI telah lahir. Para ekonom DBS, antara lain, memprediksi bahwa pertumbuhan PDB RI untuk 2020, minus 2%.

Sedangkan untuk 2021 dan 2022, diperkirakan membaik. PDB diperkirakan tumbuh 4% pada tahun 2021; untuk tahun 2022, diperkirakan tumbuh menjadi 4,5%.

Inflasi tahun 2021 diperkirakan pada 1,6% atau lebih rendah daripada 2020 yang diprediksikan sebesar 2,8%. Untuk tahun 2022, level inflasi diperkirakan 2,8%.

Diperkirakan pula, ada kestabilan kurs IDR ke USD. Tahun 2021, kurs tersebut diprediksikan Rp 14.285 sampai Rp 14.500. Dan akhir 2022, diperkirakan membaik di Rp 14.000.

Sektor Properti

Bila perkiraan tersebut benar, maka sektor properti kembali tumbuh pada tahun 2021 serta pada tahun 2022. Oleh sebab, sektor properti tumbuh paralel dengan pertumbuhan PDB.

Kestabilan kurs IDR ke USD pada 2021 dan 2022 tersebut, sudah tentu akan menguntungkan  sektor properti. Juga, terjaganya level inflasi pada dua tahun tersebut akan menguntungkan daya beli konsumen properti. Dua faktor yang menguntungkan  tersebut akan membuat level bunga KPR tidak terkerek naik tinggi.

Walau begitu, terdapat pula sejumlah faktor yang perlu dicermati oleh kalangan industri properti pada tahun 2021 dan 2022 tersebut.

Antara lain, pertama: sudah seberapakah pulihnya konsumsi rumah tangga? Seperti kita ketahui bersama, pada tahun 2020 ini, konsumsi rumah tangga bukan lagi kontributor terbesar pertumbuhan PDB RI. Hal tersebut, sangat jelas penyebabnya: dampak Covid-19;  tahun 2020, adalah belanja pemerintah Indonesia yang  menjadi generator utama pertumbuhan PDB.

Di saat konsumsi rumah tangga sudah bergerak bagus pada 2021 dan 2022, sudah pasti bahwa sektor properti turut terdorong, bukan?

Dalam hal ini, sudah tentu bahwa industri properti perlu berperan mendorong konsumsi rumah tangga. Antara lain dengan terus memberikan stimulus dan insentif dalam berbagai bentuk, seperti yang sudah terjadi pada tahun 2020 ini.

Yang kedua, mungkin terdengar ‘klasik’, namun kiranya relevan pada tahun 2021 dan 2022. Yakni: industri properti perlu masuk ke ‘pasar nyata’ yang berdasarkan kebutuhan konkret—bukan digeneratori para investor perorangan.

Oleh sebab, saat kita meneropong pada tahun 2020, terbukti  bahwa yang masih bergerak kala dampak Covid-19, adalah ‘pasar nyata’ tersebut.

Pada sisi pasokan pun, industri properti perlu lebih saksama dan melonggarkan pedal gas dalam berekspansi proyek properti. Sebab, ada kecenderungan yang bahkan sudah terjadi sebelum munculnya dampak Covid-19: tren kelebihan pasokan properti ke pasar.

Sekadar contoh, penelaahan penulis analisis singkat ini ke laporan keuangan beberapa pengembang properti yang sudah menjadi perusahaan terbuka, menunjukkan hal menarik. Yakni nilai properti yang sudah selesai dibangun atau pun yang dalam waktu dekat siap dijual ke pasar, akumulasi nilainya jauh lebih besar daripada kemampuan pasar untuk menyerap.

Maka singkatnya, pada 2021 dan 2022, kalangan industri properti seyogianya lebih berkonsentrasi untuk memasarkan proyek yang sudah selesai, sembari ekspansi secara terbatas. (Dhi)

Iklan

Tinggalkan Komentar Anda

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s