
Oleh Achmad Adhito, Kolumnis Tamu
Barang bekas nan kusam seringkali sebenarnya berkilau apik. Lihatlah sepeda ontel, si barang kuno-bekas yang usai dipoles bisa bernilai jual tinggi—seribu satu sayang, saking sayangnya, sang pemilik sering enggan melego benda tersebut. Nah, dalam ranah investasi properti perorangan, rumus tersebut pun berlaku. Persisnya begini: rumah sekunder kusam nan terlihat nggak ada apa-apanya, ternyata bisa saja menjadi peranti investasi nan apik. Asal saja properti tersebut memenuhi beberapa kriteria.
Dan dari properti itu, untung nan signifikan ditangguk. Kalau Anda tipe investor nan cermat, ulet, dan tentunya mujur, tingkat keuntungan investasi nan dipetik bisa menggiurkan. Mencapai 20%-an dari total biaya yang dikeluarkan. Sudah begitu, keuntungan tersebut bisa diperoleh dalam waktu kurang dari setahun.
Pembaca, itulah bentuk investasi properti dengan cara yang berbeda—bukan dengan membeli- menyewakan-menjual. Persisnya, itu merupakan investasi dengan cara ini: membeli rumah sekunder kusam dengan harga obral, merenovasi, dan menjual selekas mungkin.
Memang, model investasi tersebut perlu persyaratan tambahan bagi sang investor. Yakni, ia harus ekstra ulet, harus lebih mau berpeluh di lapangan. Maklum, mencari rumah kusam nan sebenarnya memikat tentu bukan hal mudah. Pun, mengawasi renovasi tentu memerlukan tenaga ekstra.
Banjir peluh itu tentu berbeda dengan bila sang investor memutar uang dengan membeli kondotel (kondominium hotel) yang lalu dioperasikan oleh manajemen hotel ternama. Di sini, ia bisa dikatakan tinggal membayar dan tahu beres. Akan tetapi, ingatlah bahwa potensi keuntungan dari kondotel baru diperoleh dalam waktu setahun. Sudah begitu, tingkat keuntungan dari menyewakan kondotel bisa dikatakan sulit mencapai 20%-an dalam setahun.
Sekarang, seperti apa persisnya lika-liku terowongan memutar duit dengan model beli murah-renovasi-jual cepat itu? Oke, baik; marilah kita simak beberapa hal terkait itu.
1. Perhatikan Keunggulan Lokasi
Dalam investasi properti, faktor lokasi nan apik menjadi hal nan sangat penting. Dan tatkala sang investor mencari rumah kusam nan sesungguhnya bernilai bagus, perhatikan jugalah faktor tersebut.
Lokasi rumah tersebut seyogianya di lokasi favorit pencari rumah sekunder. Dan memang, bentuk nyata lokasi tersebut bisa bervariasi.
Antara lain, di kawasan dalam kota yang banyak dipenuhi area komersial seperti kompleks ruko (rumah toko), kompleks rumah yang bersalin rupa menjadi kantor, dekat dengan pusat belanja, dan lain-lain sejenis.
Pun, pastikan bahwa jalan di depan rumah itu mudah dilalui kendaraan beroda empat. Di lokasi seperti itu, rumah kusam yang nantinya disulap sang investor menjadi rumah apik, tentunya lebih mudah buat dilego. Calon pembeli mana sih yang tidak tertarik terhadap “rumah lama tapi baru” yang berlokasi apik?
Lokasi lain nan bisa dilirik adalah kawasan real estat berskala luas nan tengah dikembangkan intensif. Di sini, sekalipun pasokan rumah primer dari developer terus membanjir, rumah sekunder nan berkondisi bagus pun dicari orang, termasuk rumah kusam nan sudah dipermak apik.
Itu karena beberapa musabab. Antara lain, di kawasan seperti itu, rumah sekunder biasanya ada di dalam cluster (blok perumahan) nan sudah hidup, telah diisi oleh banyak kepala keluarga. Pula, di sekitar cluster itu, sudah ada banyak fasilitas ataupun aktivitas komersial. Semua hal ini sering belum didapati tatkala membeli rumah primer.
Di samping itu, rumah sekunder—termasuk yang telah dipermak oleh sang investor—telah siap ditempati. Berbeda dengan rumah primer yang kadang masih akan dibangun.
Kemudian, ada satu penanda mudah bagi sang investor untuk mengetahui deras atau tidaknya minat terhadap rumah sekunder di satu kawasan—khususnya rumah segmen menengah ke atas. Yakni, banyakkah kantor agen properti di kawasan itu? Bila banyak, itulah satu penanda bahwa minat orang terhadap rumah sekunder di kawasan itu, terbilang tinggi.
Di Jakarta dan kawasan sekitarnya, kawasan yang seperti itu antara lain Tebet, Kelapa Gading, BSD City, dan lain-lain. Dan terbukti: di kawasan itulah rumah sekunder banyak diminati.
2. Carilah Harga Beli yang “Masuk”
Harga beli yang “masuk” sangat penting dalam model investasi beli murah-renovasi-jual cepat. Maka, carilah rumah sekunder nan tengah diobral oleh pemiliknya, tengah dilego dengan banderol di bawah harga pasar. Itu karena sang pemilik tengah butuh dana segar selekas mungkin, akan pindah domisili ke luar negeri, dan lain-lain.
Di iklan baris surat kabar, penawaran murah seperti itu kadang bisa ditemui. Kalau ada kalimat “Jual Cepat karena BU (Butuh Uang)”, “Jual Cepat Harga NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak)”, dan lain-lain sejenis, sang investor bisa memertimbangkan untuk membeli properti tersebut.
Biasanya, properti yang ditawarkan seperti itu berharga 20% sampai 30% di bawah harga normal.
Alhasil, tatkala sang investor kembali menjual properti itu dengan harga normal sekalipun, keuntungan sudah menganga, bukan? Belum lagi tatkala properti itu sudah dipermak: harga yang ditawarkan bisa lebih tinggi lagi.
Mencari properti yang harganya “masuk” tersebut, memang seringkali bukan hal yang mudah. Bisa saja, rumah sekunder yang diobral itu di kawasan favorit, tapi di jalan yang terlalu sempit dan kurang terpelihara sehingga pembeli yang berduit mungkin enggan membeli.
Ataupun, masa berlaku sertifikat HGB (Hak Guna Bangunan) rumah tersebut hampir usai sehingga pembeli enggan gara-gara dalam waktu dekat mesti mengurus perpanjangan tersebut—satu hal yang memakan waktu dan biaya.
Nah, di sinilah, keuletan sang investor memang memegang peranan penting. Tidak ada kata angkat tangan sebelum mendapatkan barang bagus.
Satu jurus nan cukup ampuh yakni mencari rumah seperti itu melalui kantor agen properti di sebuah kawasan. Seringkali, melalui kantor tersebut, ada pemilik rumah yang ingin menjual rumahnya secepat mungkin karena butuh uang. Alhasil, sekalipun agen properti sudah menyarankan waktu penjualan yang lebih panjang untuk mendapatkan harga yang wajar ataupun tinggi, pemilik tersebut tetap pada kemauannya.
Dalam kondisi inilah, sang investor bisa mendapatkan rumah sekunder dengan harga yang “masuk”.
Selain dua faktor yang telah kita ulas, ada dua faktor lagi yang berperan vital dalam keberhasilan upaya kita menangguk untung dari rumah kusam. Maka, ikutilah lanjutan dari tulisan ini.
*Artikel Ini Sebelumnya Pernah Dimuat di Situs Flog.co.id yang Dikelola oleh Pengamat Saham, Christopher Angkasa