
Oleh Budi Santoso, Konsultan/Trainer/Kolumnis Senior
Mengejutkan! Itulah lontaran yang tepat dengan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat ke-45. Dari mulai acara debat, polling sejumlah media ternama hingga analisa para pakar di mana Hillary Clinton selalu pada posisi unggul, toh pada akhirnya rakyat di sana lebih memilih Donald sebagai pemimpin mereka dalam empat tahun ke depan.
Barangkali ada dua alasan utama kenapa Hillary mengalami kekalahan. Pertama, rakyat di sana menginginkan adanya perubahan kebijakan setelah partai Hillary (Demokrat) telah berkuasa selama dua periode atau delapan tahun. Hal yang sama juga terjadi pada saat George W. Bush (Republik) berkuasa selama dua periode dan digantikan Barrack Obama, dan sebelum Bill Clinton (Demokrat) beralih ke George W. Bush.
Kedua, rakyat Paman Sam belum siap dipimpin oleh seorang wanita. Ini memang agak tidak emansipatif, tetapi sebagai negara adidaya, rakyat lebih memilih yang macho dan cowboy sebagai sosok ideal orang nomer satu. Terlebih lagi sebagian rakyat melihat Hillary mengalami gangguan kesehatan serius yang dikhawatirkan dapat mengganggu tugasnya sebagainya presiden nanti.
Kemenangan Donald memang banyak disambut dengan nada pesimis dan tendensius. Lontaran-lontarannya selama masa kampanye yang cenderung rasialis, anti-islam, chauvinis, dan tidak paham mengenai pergaulan internasional menyebabkan dia ditolak sebagian kalangan, di dalam negeri maupun di luar negeri.
Apakah semua itu akan menjadi “warna” pemerintahannya? Mudah-mudahan tidak. Yang penulis ketahui, dan ini sudah dibuatkan bukunya berjudul Lesson of Donald Trump di tahun 2010, sosoknya adalah pribadi yang antusias, berpikiran positif, dan tidak mengenal kata menyerah.
Dia memang sedikit arogan, tetapi bisa menghargai lawan apalagi kawan. Dia merupakan pendengar dan pemikir yang baik. Dengan usianya yang 70 tahun dan pengalamannya berbisnis lebih dari 40 tahun telah membuatnya sangat matang ketika harus “bernegosiasi” dengan pihak manapun, dan akan mampu membawa win-win solution.
Dengan kata lain, hal-hal negatif selama berkampanye semoga tidak direalisasikan ketika berkuasa. Ini jauh lebih baik daripada menjanjikan hal-hal yang “manis” selama berkampanye tetapi malah memberikan yang “pahit” saat memegang tampuk kekuasaan.
Untuk lebih mengenal sosok Donald Trump, coba Anda baca e-book ini melalui browsing di google dengan ketik ‘buku donald trump’ atau ‘buku budi santoso’.