
Saat masuk ke bisnis properti, seseorang sudah tentu bertemu banyak hal. Akan bertemu fakta bahwa, pada prinsipnya, bisnis properti bersifat multikompetensi. Akan ada banyak kompetensi/pekerjaan yang mesti diserahkan kepada ahlinya.
Misalnya saja, dalam proyek properti perumahan town house, seseorang sudah tentu memerlukan sebuah site plan. Ada konsultan tersendiri untuk hal tersebut.
Kemudian, sudah pasti membutuhkan jasa kontraktor. Ini pun tentu harus diserahkan kepada pihak yang memang kompeten untuk hal tersebut.
Hal yang sama berlaku pula dalam pengerjaan arsitektur perumahan.
Pula, dalam penjualan properti, seorang pengembang bisa saja menyerahkannya kepada para pialang/broker properti—selain menggunakan tenaga internal.
Dalam banyak hal, pengembang punya beberapa strategi memangkas biaya para pihak lain tersebut. Misalnya, kepada kontraktor, kadang pengembang pasang syarat membayar pengerjaan konstruksi secara bertahap sesuai kemajuan proyek.
Contoh lain, pengembang menggunakan jasa konsultan arsitektur ataupun site plan perorangan—bukan lembaga—yang cukup mudah didapatkan dengan rekomendasi kenalan. (Dhi)